Selaraskan Ucapan Dalam Sholat
Dengan Kehidupan Nyata
Di dalam sholat
seorang muslim pasti membaca surah Al-Fatihah. Bahkan dia wajib mengucapkannya.
Sebab tidak sah sholat seseorang jika tidak membacanya. Nabi Muhammad
shollallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِأُمِّ الْقُرْآنِ
Ubadah bin ash-Shamit mengabarkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Ummul Qur’an
(surah Al-Fatihah).” (HR Muslim – Shahih)
Perlu diketahui bahwa
di dalam surah yang mulia ini ada satu permohonan doa kepada Allah subhaanahu
wa ta’aala yang diucapkan seorang muslim. Itulah permohonan yang berbunyi:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus,” (QS Al-Fatihah 6)
Selanjutnya si muslim
tersebut menegaskan jalan yang lurus itu jalan yang seperti apa. Ia kemudian
membaca ayat berikut:
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada
mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat.” (QS Al-Fatihah 7)
Ia menegaskan bahwa
jalan yang lurus merupakan jalan orang-orang yang telah dianugerahi Allah
nikmat kepada orang-orang yang telah menempuhnya. Siapakah mereka? Allah
subhaanahu wa ta’aala jelaskan di dalam Kitabullah. Mereka adalah orang-orang
yang masuk ke dalam kategori salah satu dari empat golongan manusia.
وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًاوَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
“… dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus. Dan barang siapa
yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin,
orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman
yang sebaik-baiknya.” (QS An-Nisa 68-69)
Jadi, orang-orang yang
telah dianugerahi nikmat oleh Allah sepanjang perjalanan panggung sejarah ialah
para Nabi, para shiddiqiin (orang-orang yang selalu jujur), orang-orang yang
mati syahid serta orang-orang sholeh. Inilah yang dimohonkan seorang muslim
tatkala ia sedang sholat. Inilah cita-cita tertinggi seorang muslim. Ia sangat
berkeinginan dimasukkan ke dalam kelompok orang-orang mulia tersebut. Ia ingin
dikumpulkan bersama mereka. Sebab merekalah orang-orang yang berada di atas
jalan yang lurus. Sebab mereka adalah orang-orang yang senantiasa mentaati
Allah dan Rasul-Nya. Dan karena mereka merupakan teman yang sebaik-baiknya, di
dunia maupun di akhirat.
Selanjutnya si muslim
berlindung kepada Allah subhaanahu wa ta’aala agar dirinya tidak berada di atas
jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Siapakah
yang dimurkai oleh Allah subhaanahu wa ta’aala? Siapakah yang tersesat dari
jalan yang lurus? Perhatikanlah penjelasan Nabi Muhammad shollallahu ‘alahi wa
sallam berikut ini:
الْيَهُودُ مَغْضُوبٌ عَلَيْهِمْ وَالنَّصَارَى ضُلَّالٌ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ بِطُولِهِ
Nabi Muhammad shollallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Yahudi dimurkai sedangkan Nasrani sesat.” (HR
Tirmidzi - shahih)
Jelas berdasarkan
hadits di atas bahwa jalan mereka yang dimurkai Allah ialah jalan kaum yahudi.
Sedangkan jalan mereka yang tersesat ialah jalan kaum nasrani. Di dalam kitab
tafsirnya Ibnu Katsir mengomentari ucapan Nabi di atas. Ibnu Katsir bilang
bahwa kaum yahudi dimurkai karena mereka punya ilmu tetapi tidak mau beramal
sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Adapun kaum nasrani disebut sesat karena
mereka banyak beramal tetapi tidak berlandaskan ilmu yang benar.
Jika kita kaitkan
kondisi dunia modern dewasa ini dengan peranan kaum yahudi dan nasrani, maka
kita teringat dengan sebuah hadits Nabi shollallahu ‘alahi wa sallam. Di
dalamnya Nabi memberikan prediksi bahwa akan datang suatu zaman dimana
orang-orang yang mengaku muslim menjadi pengekor kaum yahudi dan nasrani.
Sedemikian rupa sehingga kaum muslimin terjerembab ke dalam lubang biawak
bersama kaum yahudi dan nasrani yang mengajak mereka masuk ke dalamnya.
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْشِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا
فِي جُحْرِ ضَبٍّلَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, kalian
benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi
sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam
lubang biawak sekalipun kalian pasti akan mengikuti mereka.” Kami
bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan
Nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi kalau bukan mereka?“ (HR
Muslim – shahih)
Dunia modern adalah
suatu dunia di bawah kepemimpinan “peradaban barat”. Peradaban barat ialah
Eropa dan Amerika. Eropa dan Amerika tidak lain ialah “masyarakat yahudi dan
nasrani”.
Bukan rahasia lagi
bahwa dewasa ini sebagian besar orang yang mengaku muslim mengekor kepada kaum
yahudi dan nasrani dalam banyak urusan hidupnya. Mereka menunjukkan
loyalitas kepada apapun yang ditawarkan oleh kaum yahudi dan nasrani. Padahal
dengan tegas Allah subhaanahu wa ta’aala melarang sekaligus mengancam agar umat
Islam tidak memberikan kesetiaan kepada kaum yahudi dan nasrani. Bila mereka
menyerahkan kesetiaan kepada kaum yahudi dan nasrani, maka Allah subhaanahu wa
ta’aala tidak lagi menilai mereka sebagai bagian dari orang-orang beriman.
Tetapi Allah subhaanahu wa ta’aala mem-vonis mereka keluar dari tubuh keluarga
besar kaum muslimin (baca: murtad) dan selanjutnya menjadi bagian dari kaum
yahudi dan nasrani itu…! Na’udzubillahi min dzaalika….
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَبَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْإِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu serahkan wala’mu (loyalitasmu)
kepada kaum Yahudi dan Nasrani; sebahagian mereka ber-wala’ kepada sebagian
lainnya. Barang siapa di antara kamu menyerahkan wala’nya kepada mereka, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS Al-Maidah 51)
Berarti tindakan
seorang muslim menyerahkan loyalitasnya kepada kaum yahudi dan nasrani termasuk
dapat menyebabkan dirinya terjangkiti virus murtad tanpa sadar…! Atau dalam
istilah para ulama terdahulu termasuk penyakit nawaaqidhul iman(pembatal
iman). Padahal dalam realitanya dewasa ini begitu banyak orang yang mengaku
muslim menyerahkan loyalitasnya kepada kaum yahudi dan nasrani. Mereka memakai
sistem politik, ekonomi, hukum, kemasyarakatan, budaya, militer yang berasal
dari kaum yahudi dan nasrani. Bahkan mereka dengan setianya membela ideologi
produk kaum yahudi dan nasrani seperti misalnya ideologi pluralisme,
sekularisme, liberalisme, nasionalisme, humanisme, hedonisme dan demokrasi.
Sungguh ironis..! Di
dalam sholat orang-orang yang mengaku muslim itu memohon kepada Allah
subhaanahu wa ta’aala agar ditunjuki ke jalan yang lurus. Jalan para Nabi,
shiddiqiin, syuhada dan sholihiin. Mereka berlindung kepada Allah dari jalan
kaum yahudi yang dimurkai Allah subhaanahu wa ta’aala dan jalan kaum nasrani
yang tersesat. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari mereka menjalankan cara hidup
kaum yahudi dan nasrani. Bahkan mereka sedemikian setianya kepada kaum yahudi
dan nasrani sehingga membelanya seolah itulah cara hidup milik kaum muslimin
sendiri. Malah mereka merasa asing dan terkejut jika ditunjuki dan dijelaskan
cara hidup Islam yang sebenarnya dicontohkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alahi
wa sallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’iin.
Sungguh benarlah apa
yang difirmankan Allah subhaanahu wa ta’aala di dalam Al-Qur’anul Karim:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang/rela kepada kamu hingga
kamu mengikuti millah (cara hidup) mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk
Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu (kaum muslimin)
mengikuti kemauan mereka (kaum yahudi dan nasrani) setelah pengetahuan datang
kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS
Al-Baqarah 120)
Allah subhaanahu wa
ta’aala menyingkap karakter dasar kaum yahudi dan nasrani. Bahwa mereka tidak
akan senang dan rela kepada kaum muslimin sebelum kaum muslimin bersedia
menjalani hidup di dunia berdasarkan cara hidup kaum yahudi dan nasrani. Kaum
yahudi dan nasrani tidak suka melihat kaum muslimin mengikuti petunjuk Allah
subhaanahu wa ta’aala dalam berbagai urusan hidup, seperti urusan ekonomi,
politik, sosial, budaya, hukum, militer dan lain sebagainya. Padahal justeru
itulah Allah subhaanahu wa ta’aala menegaskan kepada kaum muslimin:
قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى
“Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”.
Petunjuk yang benar
adalah petunjuk Allah bukan petunjuk kaum yahudi dan nasrani. Ingin berpolitik?
Berpolitiklah menurut petunjuk Allah subhaanahu wa ta’aala bukan petunjuk kaum
yahudi dan nasrani. Tegakkanlah mekanisme musyawarah yang menjunjung tinggi
petunjuk Allah dan Rasul-Nya, bukan berpolitik melalui demokrasi yang sadar
ataupun tidak sadar ingin menyingkirkan kedaulatan Allah dan berusaha dengan
sia-sia menegakkan kedaulatan manusia atau rakyat. Ingin berekonomi?
Berekonomilah menurut petunjuk Allah subhaanahu wa ta’aala bukan mengikuti petunjuk
kaum yahudi dan nasrani. Mudahkan serta hidupkanlah jual-beli dan tinggalkanlah
praktek riba dalam berbisnis. Ingin berhukum? Berhukumlah mengikuti petunjuk
Allah subhaanahu wa ta’aala bukan petunjuk kaum yahudi dan nasrani. Tegakkanlah
hukum Allah Yang Maha Adil berlandaskan kitabullah Al-Qur’an dan tinggalkanlah
hukum buatan manusia yang penuh kezaliman dan kajahilan serta sarat kepentingan
pribadi dan kelompok.
Kemudian di ujung ayat
di atas Allah subhaanahu wa ta’aala mengakhiri dengan sebuah peringatan keras:
وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ
“Dan sesungguhnya jika kamu (kaum muslimin) mengikuti kemauan mereka (kaum
yahudi dan nasrani) setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi
menjadi pelindung dan penolong bagimu.”
Perlukah kita heran
melihat begitu banyak negeri kaum muslimin dewasa ini sepertinya tidak
memperoleh perlindungan dan pertolongan Allah subhaanahu wa ta’aala? Jawabannya
sangat jelas. Ini semua terjadi karena masih terlalu banyak orang yang mengaku
muslim namun dalam realitas hidupnya lebih nyaman bahkan lebih bangga mengikuti
petunjuk kaum yahudi dan nasrani dalam menata berbagai urusan kehidupannya.
Mereka enggan untuk tunduk kepada petunjuk Allah subhaanahu wa ta’aala dan
meneladani jalan hidup teladan ummat, yaitu Nabi Muhammad shollallahu ‘alahi wa
sallam.
Sungguh, umat Islam
perlu menyelaraskan ucapan dalam sholatnya dengan kehidupan nyata di luar
sholatnya. Allah subhaanahu wa ta’aala sangat murka terhadap orang yang
mengucapkan apa-apa namun tidak dikerjakannya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tiada kamu kerjakan.” (QS Ash-Shaff 2-3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar