Jumat, 29 November 2013

Korupsi di indonesia

اَشْهَدُاَنْالَااِلَهَ اِلَّااللهُ وَاَثْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًا رَسٌؤلُ ال لهِ

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

“TANGGAPAN MENGENAI KASUS KORUPSI DAN PENYUAPAN DI INDONESIA”

Di Indonesia, korupsi merupakan hal yang biasa. Bahkan  itu dianggap sebagai sesuatu yang membanggakan bagi para pelakunya.  Persepsi ini lah yang seharusnya di ubah, bahwasannya mereka berfikir bahwa Tuhan diam dan tidak mengusili mereka, ketika mereka beraksi memakan uang haram tersebut. Padahal itulah investasi mereka untuk masa depan yang kekal  abadi diakhirat kelak. Dari beberapa study kasus membuktikan bahwa  “mereka yang korupsi itu tidak pernah merasa puas akan apa yang mereka peroleh, buktinya jikalau memang mereka merasa cukup . akil mochtar saja mobil yang dia miliki sampai 12 buah unit mobil, yang terediri mobil mewah berskala atas. Para pejabat yang melakukan korupsi tersebut terbesar dari kalang muslim, alangkah malunya umat muslim di indonesia ini, padahal dalam hukum agama sudahlah jelas antara hak yang bathil

Firman Allah :
الَّذِينَ يَأْكُلوُنَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَن جَآءَهُ مَوْعِظَةُُ مِّن رَّبِّهِ فَانتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللهِ وَمَنْ عَادَ فَأُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Yang artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah:275)
Firman Allah :
يَمْحَقُ اللهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah[177]. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa[178]. (tafsir alquran dan terjemahan : 1425H: Al-Baqarah:276)
catatan kaki:
[177]. Yang dimaksud dengan memusnahkan riba ialah memusnahkan harta itu atau meniadakan berkahnya. Dan yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah ialah memperkembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya atau melipat gandakan berkahnya.
 [178]. Maksudnya ialah orang-orang yang menghalalkan riba dan tetap melakukannya.

Danbegitulah gambaran para pejabat-pejabat yang melakukan korupsi, mencampurkan antara urusan hak dengan yang bathil, Yang pada akhirnya lagi-lagi rakyat yang dirugikan. Sungguh indonesia ini adalah negara yang sangat kaya, kaya akan sumber daya alam nya, kaya akan sumber daya manusia nya, ketika ada yang memiliki kemampuan yang orang lain tidak memilikinya digunakan untuk hal yang tidak baik, masyarakat mempercayakan mereka unutk menjadi seorang pemimpin untuk mereka, menjadi anggota dewan, anggota parlementer dan lain sebagainya. Tetapi kursi yang mereka peroleh bukannya digunakan dengan baik, malahan digunakan untuk kepentingan pribadi yang mereka sendiri pasti sudah mengetahui akan hukum nasional maupun hukum  agama yang melandasinya.

PENYELESAINNYA :
Menurut penulis secara pribadi, koruptor di Indonesia sulit untuk dipecahkan atau di cari pemecahan masalahnya karena memang ini berkaitan dengan invidual yang melakukannya, mereka yang melakukan korupsi tersebut bukanlah orang bodoh yang tidak memiliki ilmu, bahkan mereka adalah pakar-pakar ekonomi. Ketikamereka ditangkap mereka tidak merasa melakukan perbuatan salah, mereka menganggap bahwa dana penyuapan yang mereka terima adalah dasar suka sama suka, padahal itu sudah jelas merupakan hal yang dilarang oleh PSAK di Indonesia. Jadi pengetahuan dan ilmu yang dimiliki, tingkat kecerdasan, intelegensi seseorang tidak menjamin bahwa mereka adalah orang-orang yang mengamalkan ilmu yang mereka peroleh dibangku kuliah untuk hal yang baik. Ilmu pengetahuan yang tidak didasari dengan ilmu agama akan rumah yang dibangun tanpa pondasi, bagaikan rumah tanpa tiang, tidak akan bertahan lama dan akan roboh. Jadi menurut penulis secara pribadi adalah disiplin ilmu harus juga disertai dengan ilmu agama yang kuat, agar menjadi pribadi-pribadi yang amanah. Sesungguhnya didalam alquran juga telah di firmankan oleh Allah, bahwasannya manusia diciptakan untuk menjadi seorang khalifah dimuka bumi ini. Manusia diberi kelebihan dan makhluk lainnya bahkan malaikat sekalipun, manusia diberi akal untuk berifikir secara cerdas mengelola dengan baik apa yang ada dibumi. Tetapi dalam surat lain Allah juga telah berfirman yaitu dalam surat Al-Ahzab ayat 72 yang berbunyi :
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
 Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.
Kedua firman Allah tersebut sangat bertentangan, dimana manusia dijadikan khalifah namun juga dengan sifat buruk manusia yang dzalim lagi amat sangat bodoh.
Begitulah jika seorang manusia yang berpendidikan tinggi tetapi tidak didasari dengan ilmu agama yang kuat. Jadi kesimpulan nya adalah pengetasannya yaitu dengan memberikan bimbingan atau di kenalkan secara gamblang kepada penerus-penerus bangsa yang akan membangun Indonesia ini di hari kemudia agar ilmu pengetahuan yang dimilki hendaknya harus didasari dengan ilmu agama yang kuat agar tidak mendapati julukan “pinter-kebelinger” itulah sebutan dari orang-orang kepada orang yang berpendidikan tinggi tetapi tidak memegang amanah. Jiak seorang sarjana dibekali ilmu agama yang kuat maka insyaAllah bangsa ini akan makmur sejahtera, karena para pemimimpinnya amanah, rendah hati, berakhlak mulia dan perduli pada rakyatnya.