Kesehatan itu penting.
Kalimat seperti judul diatas sudah diketahui banyak orang dan sering diucapkan,
tapi masalahnya sangat sedikit yang mempraktekan dalam sikap dan praktek
kehidupan sehari-hari. Buktinya, walau sudah ada pengumuman disetiap kemasan rokok
bahwa merokok itu menyebabkan kanker tapi nyatanya bermilyar-milyar rupiah
setiap tahun dibelanjakan rakyat Indonesia membeli rokok.
Dan salah satu
penyebabnya adalah standar ganda dari pemerintah. Sementara pemerintah (Departemen Kesehatan) melakukan kampanye
anti rokok, departemen lain mendukung atau memberikan izin pabrik rokok.
Mengkampanyekan anti rokok, tapi dibalik itu tergiur juga dengan cukai rokok
yang lumayan besar jumlahnya.
Sama halnya dengan
minuman keras yang dianggap berbahaya ditinjau dari berbagai sudut sehingga
sering di razia, tapi pada sisi lain ada agen minuman keras yangmenjadi pemasok
. Kalau pun diterbitkan Perda larangan menjual minuman keras maka ditaktisi,
misalnya tidak boleh menjual minuman keras ditempat yang jarak sekian ratus
meter dari sekolah, kampus, rumah ibadah, tidak boleh di konsumsi oleh anak di
bawah umur dan oleh PNS dan anggota TNI. Sekali lagi, sebagai langkah moderat. Mengakomodir
banyak kepentingan. Ada kepentingan pedagang, ada kepentinagan retribusi ada kepentingan pendapatan daerah dan ada
kepentingan mereka yang mengkonsumsi minuman keras.
Saya bertamu dirumah
seorang teman. Kami bincang-bincang banyak hal. Namanya saja ngobrol mengisi
waktu senggang. Topik pembicaraan meloncat-loncat dari satu topik ke topik
lain. Ketika sampai ke topik kesehatan, teman saya mengatakan sama dengan judul tulisan ini,
kesehatan itu penting.
Sepintas lalu saya
melihat dia itu memang sehat. Warna kulitnya cerah, badannya tegap. Dia sudah
lama ridak merokok. Katanya dulu sampai menghabiskan tiga bungkus rokok sehari.
Teman saya masuk dalam
kamar mengambil alat seperti yang dimiliki dokter, alat pemeriksa jantung,
tekanan darah.
“Ini saya beli dua juta
rupiah. Mari bapak saya periksa. “ Demikian katanya kemudian memegang
pergelangan tangan saya dan melilitkan kain yang panjangnya kira-kira satu
jengkal di lengan saya . Saya sekarang setengah dokter.” Katanya sambil tertawa
.
Saya pun membiarkan
saja. Kan lumayan. Seumur hidup saya belum pernah diperiksa gratis begini.
Kalau ke dokter pasti melayang puluhan ribu rupiah.
“Bapak sehat, normal.
Tekanan darah normal dan jantung pun normal. Pokoknya kalau ada merasa ndak
enak badan, datang saja ke sini atau kontak saya. “ Katanya.
Saya salut dengan teman saya
itu. Dia mengatakan kesehatan itu penting dan hal itu dia buktikan dalam praktek. Ada juga yang mengatakan bahwa
kesehatan itu penting, tapi tak sekali pun saya melihat dia olah raga, minimal jalan pagi, misalnya.
Ada juga yang mengatakan bahwa kesehatan itu penting, tapi dia tidak bisa
menahan nafsu makan enak. Padahal sudah sering dikatakan dokter bahwa makan
enak, makan berlebihan itu adalah tidak baik bagi kesehatan.
Ada seorang bapak yang
susah diatur, tak mau mendengar nasihat dokter. Setiap dia kembali berobat dari
dokter, langsung saja dia menyuruh isterinya ke pasar membeli semua makanan yang baru dilarang dokter. Kalau dokter
melarang makan asam, maka dia suruh membeli mangga muda dalam jumlah banyak.
Kalau dokter larang makan lombok, maka dia suruh beli satu l;iter lombok. Kalau
dilarang merokok, maka dia pacu lebih cepat merokok. Kalau biasa sehari
menghabiskan satu bungkub rokok, dia perbanyak dengan menghabiskan dua bungkus.
Diceritakan teman saya,
yang mengherankan, sebab ternyata bapak itu itu sehat waalfiat sampai sekarang.
Umurnya sekarang sudah 70-an tahun.
Tapi, mohon dengan
sangat kepada pembaca jangan meniru bapak yang yang tak percaya nasihat dokter
itu . Boleh jadi, kasus bapak itu sebuah pengecualian.Kan ada bukti bahwa orang
perokok berat sejak usia muda tapi ternyata dia itu mencapai umur 80-an dengan
tetap sehat waalfiat. Sekali lagi, mungkin saja itu adalah pengecualian. Tak layak jadi contoh. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar