Seperti diketahui, mimpi
ada yang baik dan yang buruk. Kemudian, dilanjutkan
dengan
kaidah umum dalam menafsirkan mimpi, seperti adab tafsir mimpi, waktu dalam menafsirkan
mimpi, mimpi yang boleh diyakini, hal-hal prinsip dalam menafsirkan
mimpi, serta menafsirkan mimpi berdasarkan watak, waktu, dan keadaan.
Permasalahan lainnya yang dibahas adalah kedudukan roh dan jiwa saat
mimpi, cara menafsirkan mimpi berdasarkan nama, makna dan bahasa yang
digunakan, mimpi yang benar, dan hal-hal yang harus dilakukan saat
bermimpi tentang sesuatu yang tidak baik atau mimpi buruk. Terdapat juga penjelaskan
adab menafsirkan mimpi dan membedakan antara mimpi yang baik dan buruk. Pada
hakikatnya, mimpi adalah deretan dari gambaran mental yang saling bertalian dan
berlangsung selama orang tidur. Memahami mimpi hanya sebagai akibat dari pengaruh
mekanisme fisik dan cermin dari gejala psikologis (kejiwaan) yang
dialami seseorang semata. Suatu kepribadian adalah paduan
kompromi dari inner-life dengan dunia luar. Dengan demikian
mimpi merupakan bukti adanya dimensi innate religious, atau kesadaran
beragama yang bersifat bawaan, sebab mimpi-mimpi yang digambarkan oleh
menusia dahulu hingga modern sekarang ini tetap menggambarkan
paradigma pskologis tentang hubungan manusia dengan alam spiritual.
Melalui analisa mimpi dari berbagai aspek psikologinya, dapat disimpulkan
bahwa adanya kekuatan-kekuatan terpendam yang bersifat religius yang memanifestasi
berupa bentuk-bentuk memuliakan, mensakralkan sesuatu di dalam kehidupan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar