Pada tulisan kali ini saya akan sedikit membrikan gambaran
mengenai bagaimanakah pengaruh variabel-varibel makro terhadap perekonomian
indonesia,
Saat in negara kita banyak bergantung terhadap barang impor
dari yang pokok sampai yang sekuder sampai uang lux sekalipun. Ini akan
berdampak tidak baik terhadap neraca perdagangan karena jika impor > dari
ekspor maka akan menyebabkan defisit neraca perdagangan, namun jikalau impor
< ekspor akan menyebabkan surplus neraca perdagangan .Baiklah saya akan
membahas satu persatu varibel-varibel tersebut yang dirincikan : ekspor, impor,
investasi juga pengeluaran pemerintah yang sering kita dengar dengan istilah yang
sering kita dengar dengan istilah Y =
C+I+G +(X-M)
Ekspor Menurut Negara Tujuan
Perjanjian
perdagangan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)
yang mulai efektif pada Januari 2010 mendorong tingkat persaiangan global yang
makin ketat bagi Indonesia. Meskipun demikian
sampai dengan triwulan I-2010 tujuan komoditas ekspor Indonesia ke negara tujuan utama tidak
terlalu berpengaruh. Secara umum, seluruh komoditas ekspor masih cukup mampu
bertahan dan bahkan ekspansi. Ekspor ke Jepang dan Cina masing-masing mengalami
kenaikan hingga 12,31 persen dan 7,35 persen, sementara ekspor ke Amerika
Serikat sedikit turun dibanding triwulan 1-2009 yaitu sebesar 10,37 persen.
Ekspor ke negara maju seperti Amerika Serikat dan
Jepang cenderung meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi di negaranegara
tersebut. Pada saat yang sama ekspor ke Cina juga naik sebesar 18,73 persen
dibanding triwulan II-2009. Peningkatan harga komoditas global juga turut mendorong perbaikan
ekpor Indonesia dengan pangsa komoditas berbasis sumber daya alam (SDA) yang
semakin besar. Pada
triwulan IV-2010, ekspor ke negara Cina, Jepang dan Amerika Serikat
masing-masing mengalami kenaikan hingga 61,11 persen (Cina), 21,57 persen
(Jepang) dan 23,92 persen (Amerika Serikat).
lmpor Menurut Negara Asal
Fenomena yang patut dicermati adalah berita
tentang telah membanjirnya produk Cina di Indonesia yang didukung oleh
indikator statistik impor. Impor dari Cina pada triwulan 1-2010 telah melonjak
menjadi 25,98 persen dari 12,54 persen pada triwulan 1-2009. Kontribusi impor
Jepang ke Indonesia naik dari 9,34 persen (pada triwulan I-2009)
menjadi 22,44 persen pada triwulan I-2010.
Di satu pihak kontribusi impor Cina dan Jepang ke
Indonesia pada triwulan II-2010 naik masing-masing sebesar 18,69 persen dan 15,82 persen dari 16,88
persen dan 12,21 persen pada triwulan II-2009. Di pihak lain, impor Amerika
Serikat pada triwulan 11-2010 kontribusinya turun menjadi 7,55 persen, dimana
pada triwulan II-2009 telah memberi kontribusi sebesar 8,85 persen. Peningkatan
impor dari Cina dan Jepang di triwulan II-2010 ini secara
tidak langsung justru menurunkan impor dari Amerika Serikat. Dari total impor,
Cina mengambil 18,69 persen pangsa impor, Jepang dengan 15,82 persen dan
Amerika Serikat 7,55 persen.
Pada triwulan-Ill Kontribusi impor dari Cina
mencapai 18,45 persen, sedangkan dari Jepang dan Amerika Serikat kontribusinya
masing-masing sebesar 16,13 persen dan 9,42 persen. Pada triwulan IV-2010,
kontribusi impor dari Cina, Jepang dan Amerika Serikat ke Indonesia semuanya
mengalami peningkatan. Kontribusi impor dari Cina mencapai 18,14 persen,
sedangkan dari Jepang dan Amerika Serikat kontribusinya masing-masing sebesar
15,71 persen dan 7,73 persen.
Neraca Perdagangan Indonesia
Total
ekspor selama 2010 adalah sebesar US $ 157,7 miliar dimana dari nilai tersebut
Ekspor non-migas mencapai US $ 129,67 miliar. Total impor selama 2010 adalah
sebesar US $ 135,6 miliar dengan nilai impor non-migas sebesar US $ 108,24
miliar. Surplus perdagangan 2010 mencapai US $ 22,1 miliar, terdiri dari
surplus nonmigas US $ 21,4 miliar dan migas US $ 0,6 miliar. Surplus
perdagangan non-migas tahun 2010 adalah tertinggi sejak memasukkan nilai impor
kawasan berikat di tahun 2008.
Nilai tersebut juga lebih tinggi dibandingkan
dengan surplus perdagangan non-migas 2009 yang mencapai US $ 19,6 miliar. Pada
paruh pertama 2010, neraca perdagangan menunjukkan surplus di atas 1 miliar
USD, kecuali pada bulan April dan Juni. Selanjutnya pada paruh kedua, bulan
Juli terjadi defisit namun surplus kembali di bulan Agustus. Pada bulan
September hingga Desember 2010, surplus bulanan menembus 2 miliar USD, dengan
catatan bulan Desember 2010 mencapai angka 3,7 miliar USD. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa ekspor non-migas Indonesia tahun 2010 menunjukkan kinerja
yang sangat baik yang akhirnya memiliki dampak positif terhadap neraca
perdagangan Indonesia tahun 2010.
Pengaruh investasi
Peningkatan investasi sumberdaya manusia akan mendorong pada
peningkatan produktivitas tenaga kerja yang selanjutnya akan dapat memacu laju
pertumbuhan ekonomi. Instrumen peningkatan investasi sumberday manusia lebih
efektif dalam meningkatkan pendapatan dan menurunkan ketimpangan pendapatan
rumahtangga dibandingkan dengan bantuan langsung tunai. Tidak ditemukan adanya
pola yang sistematik antara tingkat pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan
distribusi pendapatan seperti yang dihipotesiskan oleh Kuznet. Tingkat
pertumbuhan ekonomi tinggi tidak diikuti dengan tingginya tingkat ketimpangan
dalam distribusi pendapatan, sebaliknya, pertumbuhan ekonomi tersebut dapat
menurunkan tingkat ketimpangan dalam distribusi pendapatan kelompok
rumahtangga, terutama bagi kelompok rumahtangga buruh pertanian dan pengusaha pertanian.