اَشْهَدُاَنْالَااِلَهَ اِلَّااللهُ وَاَثْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًا رَسٌؤلُ ال لهِ
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
“TANGGAPAN
MENGENAI KASUS KORUPSI DAN PENYUAPAN DI INDONESIA”
Di Indonesia, korupsi merupakan
hal yang biasa. Bahkan itu dianggap sebagai sesuatu
yang membanggakan bagi para pelakunya. Persepsi
ini lah yang seharusnya di ubah, bahwasannya mereka berfikir bahwa Tuhan diam
dan tidak mengusili mereka, ketika mereka beraksi memakan uang haram tersebut. Padahal
itulah investasi mereka untuk masa depan yang kekal abadi diakhirat kelak. Dari beberapa study
kasus membuktikan bahwa “mereka yang
korupsi itu tidak pernah merasa puas akan apa yang mereka peroleh, buktinya
jikalau memang mereka merasa cukup . akil mochtar saja mobil yang dia miliki
sampai 12 buah unit mobil, yang terediri mobil mewah berskala atas. Para pejabat
yang melakukan korupsi tersebut terbesar dari kalang muslim, alangkah malunya
umat muslim di indonesia ini, padahal dalam hukum agama sudahlah jelas antara
hak yang bathil
Firman
Allah :
الَّذِينَ يَأْكُلوُنَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَن جَآءَهُ مَوْعِظَةُُ مِّن رَّبِّهِ فَانتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللهِ وَمَنْ عَادَ فَأُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Yang artinya : Orang-orang
yang makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175].
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
(Al-Baqarah:275)
Firman
Allah :
يَمْحَقُ اللهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
Allah memusnahkan riba dan
menyuburkan sedekah[177]. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap
dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa[178]. (tafsir alquran dan terjemahan : 1425H: Al-Baqarah:276)
catatan kaki:
[177]. Yang dimaksud dengan
memusnahkan riba ialah memusnahkan harta itu atau meniadakan berkahnya. Dan
yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah ialah memperkembangkan harta yang
telah dikeluarkan sedekahnya atau melipat gandakan berkahnya.
[178]. Maksudnya ialah orang-orang yang
menghalalkan riba dan tetap melakukannya.
Danbegitulah gambaran para
pejabat-pejabat yang melakukan korupsi, mencampurkan antara urusan hak dengan
yang bathil, Yang pada akhirnya lagi-lagi rakyat yang dirugikan. Sungguh indonesia
ini adalah negara yang sangat kaya, kaya akan sumber daya alam nya, kaya akan
sumber daya manusia nya, ketika ada yang memiliki kemampuan yang orang lain
tidak memilikinya digunakan untuk hal yang tidak baik, masyarakat mempercayakan
mereka unutk menjadi seorang pemimpin untuk mereka, menjadi anggota dewan,
anggota parlementer dan lain sebagainya. Tetapi kursi yang mereka peroleh
bukannya digunakan dengan baik, malahan digunakan untuk kepentingan pribadi
yang mereka sendiri pasti sudah mengetahui akan hukum nasional maupun
hukum agama yang melandasinya.
PENYELESAINNYA :
Menurut penulis secara pribadi,
koruptor di Indonesia sulit untuk dipecahkan atau di cari pemecahan masalahnya
karena memang ini berkaitan dengan invidual yang melakukannya, mereka yang
melakukan korupsi tersebut bukanlah orang bodoh yang tidak memiliki ilmu,
bahkan mereka adalah pakar-pakar ekonomi. Ketikamereka ditangkap mereka tidak
merasa melakukan perbuatan salah, mereka menganggap bahwa dana penyuapan yang
mereka terima adalah dasar suka sama suka, padahal itu sudah jelas merupakan
hal yang dilarang oleh PSAK di Indonesia. Jadi pengetahuan dan ilmu yang
dimiliki, tingkat kecerdasan, intelegensi seseorang tidak menjamin bahwa mereka
adalah orang-orang yang mengamalkan ilmu yang mereka peroleh dibangku kuliah untuk
hal yang baik. Ilmu pengetahuan yang tidak didasari dengan ilmu agama akan rumah
yang dibangun tanpa pondasi, bagaikan rumah tanpa tiang, tidak akan bertahan
lama dan akan roboh. Jadi menurut penulis secara pribadi adalah disiplin ilmu
harus juga disertai dengan ilmu agama yang kuat, agar menjadi pribadi-pribadi
yang amanah. Sesungguhnya didalam alquran juga telah di firmankan oleh Allah,
bahwasannya manusia diciptakan untuk menjadi seorang khalifah dimuka bumi ini. Manusia
diberi kelebihan dan makhluk lainnya bahkan malaikat sekalipun, manusia diberi
akal untuk berifikir secara cerdas mengelola dengan baik apa yang ada dibumi. Tetapi
dalam surat lain Allah juga telah berfirman yaitu dalam surat Al-Ahzab ayat 72
yang berbunyi :
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengemukakan
amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.
Kedua firman Allah tersebut sangat bertentangan,
dimana manusia dijadikan khalifah namun juga dengan sifat buruk manusia yang
dzalim lagi amat sangat bodoh.
Begitulah jika seorang manusia yang
berpendidikan tinggi tetapi tidak didasari dengan ilmu agama yang kuat. Jadi kesimpulan
nya adalah pengetasannya yaitu dengan memberikan bimbingan atau di kenalkan
secara gamblang kepada penerus-penerus bangsa yang akan membangun Indonesia ini
di hari kemudia agar ilmu pengetahuan yang dimilki hendaknya harus didasari
dengan ilmu agama yang kuat agar tidak mendapati julukan “pinter-kebelinger”
itulah sebutan dari orang-orang kepada orang yang berpendidikan tinggi tetapi
tidak memegang amanah. Jiak seorang sarjana dibekali ilmu agama yang kuat maka
insyaAllah bangsa ini akan makmur sejahtera, karena para pemimimpinnya amanah,
rendah hati, berakhlak mulia dan perduli pada rakyatnya.