Selama ini banyak yang
kurang memepredulikan banyak cara seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya ,
otak kita bukanlah mesin . yang terus dipaksakan berfikir dalam keadaan off.
Mesin pun jika kita gunakan terus-menerus tanpa ada jeda untuk istirahat maka
diapun akan rusak . begitulahpun otak kita, nah ketika dihadapkan kepada dua
pekerjaan yang sama-sama harus kita selesaikan , apa yang harus kita lakukan ?
Jika Anda akan
mengerjakan beberapa pekerjaan kantor/ tugas kuliah, bahan pekerjaan mana
dulukah yang Anda kerjakan, yang mudah atau yang sulit dulu? Begitu juga jika
Anda akan ujian atau ulangan 2 mata pelajaran. Mana yang lebih dulu dipelajari,
pelajaran yang mudah atau yang sulit dulu? Kebanyakan orang akan mendahulukan
yang susah lebih dulu. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu menggunakan
prinsip saklar otak. Saklar otak adalah fungsi otak mamalia yang bertugas
mendeteksi emosi yang masuk dalam pikiran. Selanjutnya dia akan meneruskan ke
bagian otak mana yang akan memproses informasi itu lebih lanjut.
Jika yang masuk adalah
emosi positif, maka otak yang lebih aktif adalah bagian atas, atau otak
berfikir (neokorteks). Disitulah otak kiri dan kanan kita yang didisain untuk
belajar atau berpikir.Jika yang masuk adalah emosi negatif, maka akan
diteruskan ke bawah atau batang otak (reptil otak). Bagian otak ini tidak
ditujukan untuk belajar atau berpikir, tapi hanya didisain untuk pertahanan
fisik, mengatur denyut jantung, kerja paru-paru, atau respon ancamam fisk
yang terjadi.
Jika Anda harus
mengerjakan 2 pekerjaan atau belajar 2 mata pelajaran, maka mulailah dari yang
mudah lebih dulu. Tujuannya agar saklar otak mendapat masukan emosi positif,
sehingga posisi otak selalu on, otak kiri dan otak kanan juga akan
aktif dan bersinergi. Bekerja atau Belajar jadi lebih mudah dan menjadi
bekal untuk melakukan yang sulit.
Kalau memulai dari yang sulit lebih dulu, maka Anda akan resah, jengkel dan
khawatir, karena Anda memasukkan emosi negatif. Ini membuat saklar otak
menjadi off, dan akan mengaktifkan otak reptilia yang tidak
didisain untuk belajar.
Ada sebuah suku Bangsa
Indian yang mempunyai cara unik untuk mendewasakan anak laki-laki. Jika anak
laki-laki dianggap cukup umur untuk didewasakan, maka ia dibawa pergi.
Sepanjang perjalanan matanya ditutup. Ia dibawa jauh menuju hutan yang paling
dalam.
Ketika hari mulai gelap,
penutup mata dibuka. Ia lalu ditinggalkan seorang diri. Apapun yang terjadi, ia
tak boleh berteriak dan menangis hingga dini hari.
Malam begitu pekat. Ia bahkan tak bisa melihat telapak tangannya sendiri. Hutan mengeluarkan suara-suara yang menakutkan, suara srigala, daun-daun yang bergemerisik. Ia sangat ketakutan, tapi harus diam agar lulus ujian. Satu detik bagai berjam-jam. Satu jam bagai bertahun-tahun. Ia tak dapat melelapkan mata. Keringat ketakutan mengucur deras.
Malam begitu pekat. Ia bahkan tak bisa melihat telapak tangannya sendiri. Hutan mengeluarkan suara-suara yang menakutkan, suara srigala, daun-daun yang bergemerisik. Ia sangat ketakutan, tapi harus diam agar lulus ujian. Satu detik bagai berjam-jam. Satu jam bagai bertahun-tahun. Ia tak dapat melelapkan mata. Keringat ketakutan mengucur deras.
Akhirnya cahaya pagi
mulai tampak. Ia begitu gembira. Ia melihat ke sekelilingnya. Ia sangat kaget
karena melihat ayahnya ternyata berdiri didekatnya, dalam posisi siap dengan
panah untuk melindunginya jika ada bahaya. Ternyata sang ayah menemaninya
sepanjang malam itu. Sang ayah terus berdoa agar anaknya tidak berteriak dan
menangis.
Kita pasti mencintai
anak-anak kita. Ingin mereka tumbuh, berkembang, dan berhasil dalam
hidup. Tapi kita punya cara yang berbeda dalam mendidik dan membesarkan
anak, juga dalam mendisiplinkan anak.
Apakah cara suku Indian itu hukuman atau
didikan? Mari kita renungkan. Kita ingin anak belajar bertangungjawab, bahwa
kesalahan ada konsekuensinya. Hindarilah ranjau disiplin yang destruktif.
Displin bukan reaksi kemarahan orangtua. Disiplin bukan harus dengan cara-cara militer.
Displin bukan reaksi kemarahan orangtua. Disiplin bukan harus dengan cara-cara militer.
Tips:
1. Mengertilah bahwa anak-anak unik dan berbeda. Perlakukan mereka dengan cara yang berbeda termasuk dalam disiplin.
2. Disiplin berarti kita sedang mengajar, bukan melampiaskan emosi.
3. Disiplin harus berlandaskan kasih sayang. Melakukan disiplin karena kita mengasihi mereka, bukan membenci mereka.
4. Tunda melakukan displin, ketika Anda (orangtua) sedang marah.
1. Mengertilah bahwa anak-anak unik dan berbeda. Perlakukan mereka dengan cara yang berbeda termasuk dalam disiplin.
2. Disiplin berarti kita sedang mengajar, bukan melampiaskan emosi.
3. Disiplin harus berlandaskan kasih sayang. Melakukan disiplin karena kita mengasihi mereka, bukan membenci mereka.
4. Tunda melakukan displin, ketika Anda (orangtua) sedang marah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar